Minggu, 03 Agustus 2008

Kompresi MP3



Kompresi MP3, Mengapa Bisa Sedemikian Kecil? Kawan, juga lawan. Demikianlah julukan yang kira-kira cocok untuk MP3.Kawan bagi sebagian besar penikmat musik yang menggunakan PC, namun lawan bagi pemusik. Mengapa MP3 bisa sedemikian populer dan juga bisa memadatkan ukuran file sedemikian kecil, tanpa terlalu mengganggu telinga normal kita? Inilah jawabannya. P3 termasuk bagian dari sistem kompresi Moving Picture Experts Group (MPEG). MPEG sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu MPEG-1, MPEG-2, dan MPEG-4. MPEG-1 menawarkan video beresolusi 352x240 dengan frame rate 30fps. MPEG-2 juga menyediakan video, namun dengan resolusi yang lebih tinggi, yaitu 720x480 dan 1280x720 pada 60fps. MPEG-4 adalah kompresi untuk grafik dan video. Ukuran hasil MPEG-4 biasanya lebih kecil dibandingkan dengan lainnya. Nah, MP3 termasuk dalam MPEG-1 audio Layer-3. Kompresi MP3 adalah kompresi yang “bandel”. Bereksperimenlah seperti berikut ini. Masukkan CD audio ke CD-ROM, kemudian buka Windows Explorer. Lihat salah satu ukuran file lagu di dalam CD itu. Biasanya puluhan mega. Lalu, coba convert lagu itu menjadi MP3 dengan menggunakan ripper, software untuk menghasilkan MP3 dari CD audio. Hasilnya bisa mencapai kira-kira 90% lebih kecil. Contohnya, lagu di CD audio, yang tadinya berukuran 35MB, bisa menjadi fileMP3 berukuran 3MB. Tidak hanya pengurangan ukuran yang mengagumkan. Coba dengarkan fileMP3 yang tadi. Bandingkan kualitasnya dengan lagu yang sama di CD audio. Orang berkuping awam dunia audio akan berkata, “Nggak ada bedanya tuh.” KOMPRESINYA Apakah MP3 termasuk hasil dari kompresi lossless? Bukan. MP3 adalah buah kompresi lossy. Namun mengapa kualitasnya sama? Berikut ini penjelasannya. Pada umumnya CD audio dibuat dengan mengambil sample (bahasa awamnya, menjiplak) data dari pita sebanyak 44.100 kali setiap detik. Satu sample memiliki panjang 2byte alias 16 bit (ingat, 1 byte= 9 bit). Karena CD audio biasanya stereo, sample diambil untuk speaker kiri dan kanan. Dengan demikian, dalam satu detik CD audio memiliki data sebesar 44.100sample/detik x 16bit/sample x 2 atau sama dengan 1.411.200bit. Dengan demikian, lagu sepanjang 3 menit memiliki file berukuran kurang lebih 35MB. File audio yang ada di dalam CD itu mengandung suara yang sangat kompleks. Nah, Ada fakta yang berhubungan dengan telinga manusia dalam mendengar. Yang pertama, telinga manusia tidak dapat mendengar semua suara. Yang ke dua, telinga manusia dapat mendengar sebuah suara lebih baik dari pada suara lain. Yang ke tiga, kalau ada dua suara yang berbunyi bersamaan, telinga manusia mendengar bunyi yang lebih keras. Nah, fakta-fakta seperti ini digunakan oleh kompresi MP3. Ripper memiliki suatu algoritma untuk menghilangkan bunyi-bunyi pada frekuensi tertentu, yang tidak dapat didengar telinga manusia. Di samping itu, ia akan mencari bunyi yang sangat keras dan menyimpannya. Bunyi-bunyi lain yang tertutup oleh bunyi itu akan dibuang. Makanya, sebenarnya kualitas MP3 tidak sebaik kualitas CD audio. Hanya saja, di telinga awam dunia audio, bunyi terdengar sama. Para ahli di bidang audio, apalagi yang high- end, akan berpendapat berbeda. SEBAGAI KAWAN, SEBAGAI LAWAN Contoh yang sebelumnya menyebutkan bahwa file di dalam CD audio berukuran 35MB. Dengan koneksi berkecepatan 56Kbps, file itu dapat di-download dengan waktu kurang lebih 2 jam. Dengan MP3 yang berukuran 3MB, dalam hitungan menit saja proses download sudah selesai. Makanya, MP3 menjadi idola para netter dalam barter lagu. Kemudahan penyebaran MP3, kualitas yang tidak jauh berbeda, tidak boros kapasitas karena ukurannya yang kecil, ditambah lagi dengan mudahnya membuat MP3 dengan menggunakanripper, menyebabkan kebanyakan orang lebih memilih MP3 daripada membeli CD audio. Belum lagi, MP3 dapat kembali ditransfer menjadi CD audio. Tentu saja ini membuat para pembuat album kalang kabut. Bisa-bisa album mereka tidak laku lagi. Gitu Mas, Mbak! PC+ MP3 adalah file audio yang kualitasnya dekat dengan CD audio namun
dengan ukuran file yang sangat kecil.